KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya baik berupa kesempatan maupun
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Salawat beserta salam penulis ucaokan pada
nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan sampai
kealm yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Komunikasi Bisnis
Pada penulisan makalah ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis menyadari menyadari dalam penulisan
makalah ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk mencapai kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap penulisan makalah
ini dapat bermamfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca semua pada umumnya.
Padang, Maret
2012
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR
ISI…………………………..............................……........................…ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………..........................................…………1
BAB
II PEMBASAN
A. Ketereampilan Berbicara.......................................................................2
B. Ketereampilan Menulis……………………....………….....................8
BAB
V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………….…………….........11
B. Saran…………………………………………………….…………...11
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Komunikasi merupakan dasar-dasar setiap organisasi
yang dapat menyeberluaskan pendapat atau pandangan-pandangan kita serta
masalah-masalah kita pada orang lain. Kita dpat belajar dari pengalaman segala
kesalah pahaman, dan meninggkatnya menjadi saling mengetahui masing-masing.
Komunikasi bukanlah hanya penyaluran informasi saja,
jauh lebih luas dan lebih kompleks lagi berpikir adalah dasar komunikasi yang
bermakna, bermula dari suatu pikiran dan ide, yang sering disebut keterampilan
menyalurkan dan mengirimkan, yaitu berbicara dan menulis. Dan keterampilan
lainnya di sebut keterampilan menerima yaitu membaca dan mendengarkan. Tingkah
laku non verbal dianggap sebagai suatu fungsi dari kedua keahlian menyalurkan
dan menerima. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil
berbahasa.
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh
siswa adalah berbicara, siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang
baik,pembicaraannya akan lebih muda dipahami oleh penyimaknya. Berbicara
menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai
kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan
informasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Santrock
(2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang
diperlukan guru dalam berbicara, mendengarkan, mengatasi hambatan komunikasi
non verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid dan mampu memecahkan
konflik secara konstrutif.
Sedangkan Eggen (2004) berpendapat bahwa keterampilan
komunikasi adalah ketika guru menggunakan pengetahuaanya dalam teknik komunikasi
verbal, nonverbal dan melalui media komunikasi secara efektif untuk
mempertahankan keaktifan dalam bertanya, kolaborasidan interaksi siswa yang
sifatnya mendukung di dalam kelas.
Berdasarkan
beberapa defenisi di atas dapat disimpulakan bahwa keterampilan komunikasi
adalah keterampilan guru dalam teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang di
gunakan dalam berbicara dan mendengarkan dalam berinteraksi dengan siswa yang
sifatnya mendukung di dalam kelas.
Didalam
keterampilan berkomunikasi harus dikuasai adalah keterampilam menerima (
membaca dan Mendengarkan) dan keterampilan Menyampaikan (keterampilan berbicara
dan keterampilan menulis).
A.
Keterampilan
Berbicara
Salah
satu aspek dalam berkomunikasi yang
harus dikuasai adalah keterampilan berbicara, sebab keterampilan berbicara
menunjang keterampilan lainnya (Tarigan,1986:86). Keterampilan berbicara
bukanlah suatu keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun
pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara, Namun keterampilan
berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif.
Stewart dan kennert Zimmer (Hardi dan zamzami, 1997:56) memandang kebutuhan
akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk
mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai
keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh
penyimaknya. Berbicara dapat menunjang keterampilan membaca dan menulis.
Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa
dan bersifat meneyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga
bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Tapi,realitas yang ada
tidak semua siswa mempunyai kemampuan bebicara yang baik, karena itu, pembinaan
keterampilan bebicara harus dilakukan sedini mungkin.
Pentingnya
keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh
Supryadi ( 2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara
yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupuan profesiona. Keuntungan
sosial berkaitan dengan interaksi sosial antara individu. Sedangkan, keuntungan
profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
pertanyan-pertanyaan, menyampaikan fkta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan
mendeskripsikan keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan kita dalam
berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Pentingnya
penguasaan keterampilan berbicara ddalamm sebuah organisasi dapat mengembangkan
kemampuan berfikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berfikir
seseorang kan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan,
mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang
lian secara lisan.
Menurut
pandangan whole language berbicara tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan
yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajran
bahasa bersama dengan keterampilan berbahsa yang lain. Kenyatan tersebut dapat
dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu
dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan
berbahasa yang dimaksut tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa
sekaligus, melainkan dapat hanya menggabungkan dan keterampilan berbahsa saja
sepanjang aktifitas berbahasa yang dilakukan bermakna.
a.
Pengertian
keterampilan berbicara
Menurut Nurgiyantoro
(1995:276) bebicara adalah aktifitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia
dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktifitas mendengarkan. Berdasarkan
bunyi-bunyi yang didegarkan itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan
akhirnya terampil berbicara.
Menururt(
Tarigan,1983:14), Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi, artikulasi, atau kata-kata untuk mengexprresikan, menyatakan dan
menyampaikan pikiran, gagasan, serta persaan.
Dapat
dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapt didengar
( audible ) dsn yang kelihatan ( visible ) yang memanfaatkan sejumlah otot
manusia demi maksut dan tujuan gagasan atau ide yang dikompilkasikan. Berbicara
merupakan suatu bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologis, semantik, dan linguistik.
Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat
untuk mengkombinasikan gagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan
kepada penyimak hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau
tidak baik dalam pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap
tenang, serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang
serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan
gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
Keterampilan berbicara didepan umum
atau mengkomuniaksiakan informasi secara jelas diindefikasikan sebagai berikut
:
a. Menggunakan
tata bahasa dengan benar
b. Memilih
kosakata yang gampang dipahami dan tepat sasaran
c. Menerapkan
strategi untuk meningkatkan kemampuan lawan bicara dalam memahami apa yang
dikatakan
d. Berbicara
dengan tempo yang tepat
e. Tidak
menyampaikan hal-hal yang kabur
f. Menggunakan
prerencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara
b.
Tujuan
berbicara
Setiap kegiatan
berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksut dan tujuan. Menurut
Tarigan(1983:15) tujuan utama berbicara untuk berkomunikasi. Agar dapat
menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya ssang pembicar memahami
makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi
efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip
yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun
perorangan.
Menurut Djago, dkk
(1997:37) tujuam pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas 5 golongan yaitu:
1. Menghibur
2. Menginformasikan
3. Menstimulasi
4. Meyakinkan
5. Menggerakan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk
berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan maksut apa
yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya
hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan berbicara antara pembicara
dengan pendengar akan membantu kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan
efisien.
c.
Faktor-faktor
penunjang kegiatan berbicara
Berbicara atau kegiatan
komuniakasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan
secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau majelis.
Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik,
perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara.
Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal diluar kemampuan berbahasa dan ilmu
pengetahuan.
pada saat berbicara diperlukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Penguasaan
b. Bahasa
c. Keberanian
dan ketenangan
d. Kesanggupan
menyampaikan ide dengan lancar dan teratur
Faktor penunjang pada
kegiatan berbicara sebagai berikut:
1. Faktor
kebahasaan meliputi:
·
Ketepatan ucapan
·
Penempatan tekanan nada atau durasi yang
sesuai
·
Pilihan kata
·
Ketetapan penggunaan kalimat serta tat
bahasanya
·
Ketetapan sasaran pembicaraan
2. Faktor
non kebahasaan meliputi :
·
Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
·
Pandangan harus diarahkan ke;awan bicara
·
Kesediaan menghargai orang lain
·
Gerak gerik dan mimik yang tepat
·
Penyaringan suara
·
Kelancaran
·
Relevansi
·
Penguasaan topik
d.
Faktor
penghambat kegiatan berbicara
Adakalanya proses
komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh
pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksutkan oleh pembicara.
3 faktor penyebab
gangguan dalam kegiatan berbicara yaitu:
1. Faktor
fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri, dan faktor yang berasal
dari luar partisipan
2. Faktor media, yaitu faktor yang linguistik dan non
linguistik misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan ,isyarat gerak bagian tubuh
3. Faktor
psikologis yaitu kondisi kejiwaan partisipan komunikasi misalnya dalam keadaan
marah, menangis, dan sakit.
Kata yang mempunyai
kekuatan dalam berbicara:
Maaf
Terimakasih
Tidak apa-apa
Silahkan
Apa tidak sebaiknya
Yang harus dihindari
dalam berbicara:
Membicarakan
kejelekan orang lain
Memotong
pembicaraan orang
Jangan
sering menggunakan kata sandang
Banyak
membicarakan kebaikan diri sendiri
B.
Keterampilan
Menulis
Menulis sebagai
salah satu keterampilan berbahasa diakui oleeh umum. Menulis merupakan
keterampilan yang mensyaratkan penguasaan yang baik. Dalam belajar bahasa
menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut. Semi (1995:5) berpendapat bahwa
pengajaran menulis merupakan dasar untuk keterampilan menulis.
Menulis
sebagaimana berbicara, merupakam keterampilan yang produktif dan ekspresif.
Perbedaanya, menulis merupakan komunikasi tidak bertatap muka (tidak alngsung)
sedangkan berbicara merupakan komunikasi tatap muka (langsung)
Tarigan,(1994:2).
Menurut Aziz dan
Alwasilah (1996:128), keterampilan menulis berhubungan erat dengan membaca hal
ini diakui pula oleh semi (1995:5). Semakin banyak siswa membaca cendrung
semakin banyak dia menulis.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa Menulis adalah kegiatan
penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada
pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu
penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta
pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku
berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif,
instrumental, heuristik, dan estetis.
Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa,
menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis
terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara
runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah
penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan
manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan
kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan
dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah,dan menata informasi.
Sayangnya, tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara
penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana
dan untuk apa menulis. Alasan itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman
belajar yang dialaminya di sekolah. Lemahnya guru, kurangnya model, dan
kekeliruan dalam belajar menulis yang melahirkan mitos-mitos tentang menulis,
memperparah keengganan orang untuk menulis.
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat
dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan
dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara,
dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Begitu pula
sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap
ketiga corak kemampuan berbahasa lainnya. Namun demikian, menulis memiliki
karakter khas yang membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan
tulis dalam menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan
ragam bahasa yang digunakannya.
Keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling
kompleks, karena keterampilan menulis merupakan suatu proses perkembangan yang menuntut
pengalaman, waktu, kesepakatan, latihan serta memerlukan cara berpikir yang
teratur untuk mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tulis. Oleh sebab itu,
keterampilan menulis perlu mendapat perhatian yang lebih dan sungguh-sungguh
sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa.
Menulis sebagai Proses
Banyak pendapat yang berkaitan dengan belajar-mengajar
menulis atau mengarang, seperti yang diungkapkan oleh pendekatan formal,
pendekatan gramatikal, pendekatan frekuensi, dan pendekatan koreksi.
Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi sayangnya tidak
menyentuh proses menulisnya itu sendiri.
Sebagai proses, menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan sebuah tulisan. Di dalamnya terdiri dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Berdasarkan kerangka karangan kemudian dilakukan pengembangan butir demi butir atau ide demi ide ke dalam sebuah tulisan yang runtut, logis, dan enak dibaca. Itulah fase penulisan. Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai, dilakukan penyuntingan dan perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang mungkin dilakukan berkali-kali untuk memperoleh sebuah karangan yang sesuai dengan harapan penulisnya.
Sebagai proses, menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan sebuah tulisan. Di dalamnya terdiri dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Berdasarkan kerangka karangan kemudian dilakukan pengembangan butir demi butir atau ide demi ide ke dalam sebuah tulisan yang runtut, logis, dan enak dibaca. Itulah fase penulisan. Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai, dilakukan penyuntingan dan perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang mungkin dilakukan berkali-kali untuk memperoleh sebuah karangan yang sesuai dengan harapan penulisnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengalaman berbahasa merupakan salah
satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelancaran dalam berbicara
dan menulis karena dalam pendekatan pengalaman berbahasa. Dalam pengembangan
materi dapat dapat dikembangkan semua keterampilan berbahasa mendengarkan,membaca,
berbicara dan menulis. Dengan padukan semua keterampilan dalam kegiatan itu
dituntut untuk lebih kreatif
B.
Saran
Setiap kegiatan diharapkan dapat
mencapai target hasil tertentu karena setiap kegiatan yang dilaksanakan dengan
berbagai metode dan setiap metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Metode yang satu akan melengkapi metode yang lain dengan memilih salah satu
atau menggabungkan berbagai metode sesuai dengan kondisi dan tersedianya
pendukung yang lain.
DAFTAR PUSAKA
Ahmad,
muslik (2004). Komunikasi Bisnis. Padang: Universitas Negeri Padang
https://www.docstoc.com/66767313/Keterampilan-menulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar