Minggu, 08 April 2012

keterampilan dalam berkomunikasi


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya baik berupa kesempatan maupun kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Salawat beserta salam penulis ucaokan pada nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan sampai kealm yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Komunikasi Bisnis
Pada penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk mencapai kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap penulisan makalah ini dapat bermamfaat bagi penulis  khususnya dan para pembaca semua pada umumnya.


Padang, Maret 2012



Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i
DAFTAR ISI…………………………..............................……........................…ii                                                                                                            
BAB I  PENDAHULUAN                                       
A.       Latar Belakang…………………..........................................…………1
BAB II PEMBASAN
A.       Ketereampilan Berbicara.......................................................................2
B.       Ketereampilan Menulis……………………....………….....................8
BAB V PENUTUP
A.       Kesimpulan……………………………………….…………….........11
B.       Saran…………………………………………………….…………...11

DAFTAR PUSTAKA









BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Komunikasi merupakan dasar-dasar setiap organisasi yang dapat menyeberluaskan pendapat atau pandangan-pandangan kita serta masalah-masalah kita pada orang lain. Kita dpat belajar dari pengalaman segala kesalah pahaman, dan meninggkatnya menjadi saling mengetahui masing-masing.
Komunikasi bukanlah hanya penyaluran informasi saja, jauh lebih luas dan lebih kompleks lagi berpikir adalah dasar komunikasi yang bermakna, bermula dari suatu pikiran dan ide, yang sering disebut keterampilan menyalurkan dan mengirimkan, yaitu berbicara dan menulis. Dan keterampilan lainnya di sebut keterampilan menerima yaitu membaca dan mendengarkan. Tingkah laku non verbal dianggap sebagai suatu fungsi dari kedua keahlian menyalurkan dan menerima. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa.
Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik,pembicaraannya akan lebih muda dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi.








BAB II
PEMBAHASAN
Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengarkan, mengatasi hambatan komunikasi non verbal, memahami komunikasi nonverbal dari murid dan mampu memecahkan konflik secara konstrutif.
Sedangkan  Eggen (2004) berpendapat bahwa keterampilan komunikasi adalah ketika guru menggunakan pengetahuaanya dalam teknik komunikasi verbal, nonverbal dan melalui media komunikasi secara efektif untuk mempertahankan keaktifan dalam bertanya, kolaborasidan interaksi siswa yang sifatnya mendukung di dalam kelas.
Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan guru dalam teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang di gunakan dalam berbicara dan mendengarkan dalam berinteraksi dengan siswa yang sifatnya mendukung di dalam kelas. 
Didalam keterampilan berkomunikasi harus dikuasai adalah keterampilam menerima ( membaca dan Mendengarkan) dan keterampilan Menyampaikan (keterampilan berbicara dan keterampilan menulis).
A.    Keterampilan Berbicara
Salah satu aspek dalam  berkomunikasi yang harus dikuasai adalah keterampilan berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan,1986:86). Keterampilan berbicara bukanlah suatu keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara, Namun keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan kennert Zimmer (Hardi dan zamzami, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara dapat menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat meneyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Tapi,realitas yang ada tidak semua siswa mempunyai kemampuan bebicara yang baik, karena itu, pembinaan keterampilan bebicara harus dilakukan sedini mungkin.
Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supryadi ( 2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupuan profesiona. Keuntungan sosial berkaitan dengan interaksi sosial antara individu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyan-pertanyaan, menyampaikan fkta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan kita dalam berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara ddalamm sebuah organisasi dapat mengembangkan kemampuan berfikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berfikir seseorang kan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lian secara lisan.
Menurut pandangan whole language berbicara tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajran bahasa bersama dengan keterampilan berbahsa yang lain. Kenyatan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksut tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan dapat hanya menggabungkan dan keterampilan berbahsa saja sepanjang aktifitas berbahasa yang dilakukan bermakna.


a.      Pengertian keterampilan berbicara
Menurut Nurgiyantoro (1995:276) bebicara adalah aktifitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktifitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didegarkan itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.
Menururt( Tarigan,1983:14), Berbicara diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi, artikulasi, atau kata-kata untuk mengexprresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta persaan.
Dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapt didengar ( audible ) dsn yang kelihatan ( visible ) yang memanfaatkan sejumlah otot manusia demi maksut dan tujuan gagasan atau ide yang dikompilkasikan. Berbicara merupakan suatu bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, semantik, dan linguistik.
     
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa berbicara diartikan sebagai suatu alat untuk mengkombinasikan gagasan yang disusun serta mengembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik dalam pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang, serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
            Keterampilan berbicara didepan umum atau mengkomuniaksiakan informasi secara jelas diindefikasikan sebagai berikut :
a.       Menggunakan tata bahasa dengan benar
b.      Memilih kosakata yang gampang dipahami dan tepat sasaran
c.       Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan lawan bicara dalam memahami apa yang dikatakan
d.      Berbicara dengan tempo yang tepat
e.       Tidak menyampaikan hal-hal yang kabur
f.       Menggunakan prerencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara

b.      Tujuan berbicara
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksut dan tujuan. Menurut Tarigan(1983:15) tujuan utama berbicara untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya ssang pembicar memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuam pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas 5 golongan yaitu:
1.      Menghibur
2.      Menginformasikan
3.      Menstimulasi
4.      Meyakinkan
5.      Menggerakan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan maksut apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan berbicara antara pembicara dengan pendengar akan membantu kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

c.       Faktor-faktor penunjang kegiatan berbicara
Berbicara atau kegiatan komuniakasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebut juga audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal diluar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan.
 pada saat berbicara diperlukan hal-hal sebagai berikut :
a.        Penguasaan
b.      Bahasa
c.       Keberanian dan ketenangan
d.      Kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur
Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut:
1.      Faktor kebahasaan meliputi:
·         Ketepatan ucapan
·         Penempatan tekanan nada atau durasi yang sesuai
·         Pilihan kata
·         Ketetapan penggunaan kalimat serta tat bahasanya
·         Ketetapan sasaran pembicaraan
2.      Faktor non kebahasaan meliputi :
·         Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
·         Pandangan harus diarahkan ke;awan bicara
·         Kesediaan menghargai orang lain
·         Gerak gerik dan mimik yang tepat
·         Penyaringan suara
·         Kelancaran
·         Relevansi
·         Penguasaan topik

d.      Faktor penghambat kegiatan berbicara
Adakalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksutkan oleh pembicara.
3 faktor penyebab gangguan dalam kegiatan berbicara yaitu:
1.      Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri, dan faktor yang berasal dari luar partisipan
2.      Faktor  media, yaitu faktor yang linguistik dan non linguistik misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan ,isyarat gerak bagian tubuh
3.      Faktor psikologis yaitu kondisi kejiwaan partisipan komunikasi misalnya dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.

Kata yang mempunyai kekuatan dalam berbicara:
*      Maaf
*      Terimakasih
*      Tidak apa-apa
*      Silahkan
*      Apa tidak sebaiknya
Yang harus dihindari dalam berbicara:
*      Membicarakan kejelekan orang lain
*      Memotong pembicaraan orang
*      Jangan sering menggunakan kata sandang
*      Banyak membicarakan kebaikan diri sendiri






B.     Keterampilan Menulis
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa diakui oleeh umum. Menulis merupakan keterampilan yang mensyaratkan penguasaan yang baik. Dalam belajar bahasa menulis merupakan kemahiran tingkat lanjut. Semi (1995:5) berpendapat bahwa pengajaran menulis merupakan dasar untuk keterampilan menulis.
Menulis sebagaimana berbicara, merupakam keterampilan yang produktif dan ekspresif. Perbedaanya, menulis merupakan komunikasi tidak bertatap muka (tidak alngsung) sedangkan berbicara merupakan komunikasi tatap muka (langsung) Tarigan,(1994:2).
Menurut Aziz dan Alwasilah (1996:128), keterampilan menulis berhubungan erat dengan membaca hal ini diakui pula oleh semi (1995:5). Semakin banyak siswa membaca cendrung semakin banyak dia menulis.
Untuk itu dapat disimpulkan bahwa Menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis.
Sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, mengolah,dan menata informasi.
Sayangnya, tidak banyak orang yang suka menulis. Di antara penyebabnya ialah karena orang merasa tidak berbakat serta tidak tahu bagaimana dan untuk apa menulis. Alasan itu sebenarnya tak terlepas dari pengalaman belajar yang dialaminya di sekolah. Lemahnya guru, kurangnya model, dan kekeliruan dalam belajar menulis yang melahirkan mitos-mitos tentang menulis, memperparah keengganan orang untuk menulis.
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa tak dapat dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa lainnya. Namun demikian, menulis memiliki karakter khas yang membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam bahasa yang digunakannya.
Keterampilan menulis adalah keterampilan yang paling kompleks, karena keterampilan menulis merupakan suatu proses perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu, kesepakatan, latihan serta memerlukan cara berpikir yang teratur untuk mengungkapkannya dalam bentuk bahasa tulis. Oleh sebab itu,  keterampilan menulis perlu mendapat perhatian yang lebih dan sungguh-sungguh sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa.
Menulis sebagai Proses
Banyak pendapat yang berkaitan dengan belajar-mengajar menulis atau mengarang, seperti yang diungkapkan oleh pendekatan formal, pendekatan gramatikal, pendekatan frekuensi, dan pendekatan koreksi. Pendekatan-pendekatan itu tidak sepenuhnya salah, tetapi sayangnya tidak menyentuh proses menulisnya itu sendiri.
Sebagai proses, menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan sebuah tulisan. Di dalamnya terdiri dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan, mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Berdasarkan kerangka karangan kemudian dilakukan pengembangan butir demi butir atau ide demi ide ke dalam sebuah tulisan yang runtut, logis, dan enak dibaca. Itulah fase penulisan. Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai, dilakukan penyuntingan dan perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang mungkin dilakukan berkali-kali untuk memperoleh sebuah karangan yang sesuai dengan harapan penulisnya.






















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengalaman berbahasa merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelancaran dalam berbicara dan menulis karena dalam pendekatan pengalaman berbahasa. Dalam pengembangan materi dapat dapat dikembangkan semua keterampilan berbahasa mendengarkan,membaca, berbicara dan menulis. Dengan padukan semua keterampilan dalam kegiatan itu dituntut untuk lebih kreatif
B.     Saran
Setiap kegiatan diharapkan dapat mencapai target hasil tertentu karena setiap kegiatan yang dilaksanakan dengan berbagai metode dan setiap metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metode yang satu akan melengkapi metode yang lain dengan memilih salah satu atau menggabungkan berbagai metode sesuai dengan kondisi dan tersedianya pendukung yang lain.











DAFTAR PUSAKA
Ahmad, muslik (2004). Komunikasi Bisnis. Padang: Universitas Negeri Padang
https://www.docstoc.com/66767313/Keterampilan-menulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar